Setelah bertahun-tahun jadi wacana, Indonesia akhirnya punya lagi pabrik petrokimia terintegrasi raksasa! Proyek bernilai lebih dari Rp62 triliun ini resmi diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto bersama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia) di Cilegon, Kamis (6/11).
Peresmian New Ethylene Project milik PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) ini menandai babak baru hilirisasi nasional sebuah langkah besar agar Indonesia tak lagi sekadar menjual bahan mentah, tapi juga mengolah sumber daya alam sendiri menjadi produk bernilai tinggi.
“Hari ini, Lotte, salah satu perusahaan terbesar di dunia, investasi di kita sebesar Rp65 triliun. Ini membawa manfaat sangat besar bagi seluruh rakyat Indonesia. Kita wajib menjaganya,” ujar Presiden Prabowo Subianto dengan bangga.
Proyek ini merupakan pembangunan kompleks Naphtha Cracker pertama di Indonesia dalam 30 tahun terakhir. Dimulai sejak 2016, proyek sempat mandek selama lima tahun sebelum akhirnya bisa dilanjutkan berkat inisiatif dan terobosan Bahlil Lahadalia, yang kala itu menjabat sebagai Menteri Investasi/Kepala BKPM.
Berbagai hambatan, mulai dari penyediaan lahan hingga perizinan investasi, berhasil diselesaikan melalui penyederhanaan proses dan pemberian insentif yang menarik. Pada April 2022, pembangunan resmi dimulai, dan ditargetkan beroperasi penuh Oktober 2025.
Begitu berproduksi, pabrik ini diperkirakan menghasilkan 15 produk petrokimia hilir senilai USD2 miliar per tahun setara Rp32 triliun yang terdiri dari USD1,4 miliar substitusi impor dan USD600 juta nilai ekspor baru.
“Nilai investasinya mencapai Rp63–64 triliun, menjadikannya salah satu investasi petroleum terbesar di Asia Tenggara. Bahkan, lebih besar dari proyek Lotte di Malaysia,” ujar Menteri Bahlil Lahadalia.
Selain menopang industri nasional, proyek ini juga akan menciptakan sekitar 40 ribu lapangan kerja, baik langsung maupun tidak langsung, dan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor produk petrokimia yang selama ini mencapai 50% kebutuhan nasional.
Dari sisi teknologi dan kemitraan, proyek ini juga jadi simbol kolaborasi strategis Indonesia dan Korea Selatan. Chairman LOTTE Group, Shin Dong-bin, menyebut proyek ini sebagai tonggak penting kerja sama dua negara.
“Ini adalah salah satu investasi terbesar perusahaan Korea di Indonesia. Kami percaya proyek ini akan memperkuat industri petrokimia Indonesia dan daya saing nasional,” ungkap Shin Dong-bin.
Keberhasilan ini sekaligus menjadi cerminan nyata arah kebijakan hilirisasi dalam program Asta Cita, di mana pemerintah menempatkan pengolahan sumber daya alam sebagai kunci menuju kemandirian energi dan transformasi ekonomi nasional.
Dengan berdirinya pabrik LCI, Indonesia resmi punya dua fasilitas petrokimia terintegrasi besar, menyusul kompleks Chandra Asri yang dibangun tiga dekade silam. Sebuah sinyal kuat: era ekspor bahan mentah sudah lewat kini saatnya Indonesia panen nilai tambah dari kekayaan sendiri.

