
Di tengah kesibukan dan tantangan lingkungan kerja yang berat, para pekerja tambang menunjukkan komitmen tinggi dalam memenuhi kebutuhan rohani mereka.
Meski fasilitas tempat ibadah seperti mushola dan gereja telah disediakan oleh perusahaan di area tambang—bahkan di kedalaman beberapa ratus meter—banyak pekerja memilih menunaikan ibadah di atas kendaraan alat berat mereka.
Kisah ini sudah menjadi hal biasa di lapangan. Pekerja tambang, yang harus bekerja di perut bumi dengan kondisi sekeliling yang penuh lumpur, kerap mengatur waktu ibadah dengan cara yang praktis.
Sebelum memulai pekerjaan, mereka membawa air menggunakan jerigen kecil untuk minum dan wudhu.
Untuk menghemat waktu dan menghindari harus menempuh jalan yang kotor dan licin, terutama saat hujan, mereka melakukan shalat langsung di atas unit kendaraan alat berat yang mereka kendarai.
Fenomena ini menunjukkan bahwa kebutuhan rohani dan batin adalah bagian penting dalam kehidupan setiap individu, bahkan di lingkungan kerja yang tidak ideal.
Para pekerja menganggap momen ibadah di atas kendaraan sebagai solusi efisien, sekaligus bentuk pengabdian kepada Tuhan di tengah kerasnya pekerjaan.
Kisah ini juga menjadi inspirasi bagi banyak pihak, mengajarkan agar setiap orang tetap mengutamakan ibadah dalam kondisi apapun.
Meskipun perusahaan telah menyediakan fasilitas tempat ibadah sebagai bentuk komitmen terhadap kehidupan beragama para pekerja, para buruh tetap memilih cara praktis yang memungkinkan mereka menunaikan kewajiban agama tanpa mengganggu jadwal kerja.
Di balik segala tantangan, semangat untuk menjaga kehidupan rohani tetap menyala, membuktikan bahwa keyakinan dan ibadah dapat tetap dijalankan meski dalam kondisi paling ekstrem sekalipun.