
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan bahwa stok Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia aman untuk 18 hingga 21 hari ke depan. Hal ini disampaikan oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia usai memimpin rapat dengan PT Pertamina (Persero) dan badan usaha SPBU swasta.
Dalam rapat tersebut, disepakati kolaborasi antara Pertamina dan SPBU swasta dalam mengatur impor BBM. Keduanya sepakat untuk melakukan impor BBM berbentuk base fuel yakni bahan bakar dengan kadar oktan murni tanpa campuran aditif. Setelah sampai di Indonesia, masing-masing SPBU akan mencampur bahan bakar tersebut di tangkinya.
“Kolaborasi ini sudah disetujui, dan ini adalah solusi untuk menjaga keseimbangan neraca perdagangan sekaligus memenuhi kebutuhan masyarakat,” ungkap Bahlil, Jumat (19/9).
Pemerintah juga menegaskan bahwa impor ini bertujuan untuk menjaga ketersediaan pasokan BBM yang stabil. Selain itu, kualitas BBM yang akan diimpor pun akan melalui proses survei bersama antara pemerintah dan pihak terkait sebelum pengiriman. Sehingga, kualitasnya bisa dipastikan terjaga.
Bahlil juga mengungkapkan bahwa harga beli BBM akan dilakukan secara transparan agar tidak ada pihak yang dirugikan dalam transaksi ini. “Dalam tujuh hari ke depan, BBM yang diimpor akan sampai dan siap didistribusikan ke masyarakat,” tegasnya.
Langkah ini sejalan dengan Pasal 14 ayat (1) Perpres Nomor 61 Tahun 2024, yang memberikan kewenangan kepada Menteri ESDM untuk menetapkan rencana kebutuhan komoditas, termasuk BBM. Pemerintah juga tidak menutup kemungkinan adanya perubahan pengaturan impor, asalkan tetap mempertimbangkan kondisi perdagangan nasional dan kebutuhan konsumsi dalam negeri.
Selain itu, pemerintah berkomitmen untuk terus memfasilitasi kerja sama business to business (B2B) antara Pertamina dan SPBU swasta. Dengan demikian, kebutuhan BBM non-subsidi akan terus terjamin di seluruh Indonesia.
Peningkatan Pasar BBM Swasta: Stok yang Cukup hingga 2025
Sementara itu, data terbaru menunjukkan bahwa pangsa pasar BBM non-subsidi di SPBU swasta terus mengalami kenaikan, bahkan diperkirakan meningkat hingga 15% pada Juli 2025. Ini menunjukkan bahwa impor BBM tetap berjalan, meski permintaan dan outlet SPBU swasta semakin berkembang.
Pemerintah pun menegaskan bahwa pengaturan impor ini bertujuan untuk mengendalikan porsinya agar sejalan dengan kondisi perdagangan nasional dan menjaga cadangan strategis negara.
Sampai saat ini, Pertamina Patra Niaga masih memiliki kuota impor BBM sebesar 34%, atau sekitar 7,52 juta kiloliter. Kuota ini cukup untuk memenuhi tambahan alokasi bagi SPBU swasta hingga Desember 2025.