
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) resmi menetapkan Harga Mineral Logam Acuan (HMA) dan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk periode pertama bulan April 2025.
Penetapan tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 101.K/MB.01/MEM.B/2025 dan mulai berlaku pada 1 April 2025.
Dalam keputusan tersebut, HBA mengalami kenaikan dibandingkan periode sebelumnya. Batu bara dengan kalori tinggi setara 6.322 kcal/kg GAR naik dari US$ 117,76 per ton pada Maret menjadi US$ 123,32 per ton di April. Kenaikan juga terjadi pada jenis batubara lainnya:
- 5.300 GAR: US$ 78,40 per ton
- 4.100 GAR: US$ 49,54 per ton
- 3.400 GAR: US$ 32,71 per ton
Sementara untuk komoditas mineral logam, HMA nikel naik menjadi US$ 16.126,33 per dmt dari sebelumnya US$ 15.534,62. Beberapa harga acuan komoditas logam lainnya yang ditetapkan meliputi:
- Kobalt: US$ 31.390,00 per dmt
- Timbal: US$ 2.041,23 per dmt
- Seng: US$ 2.902,43 per dmt
- Aluminium: US$ 2.687,27 per dmt
- Tembaga: US$ 9.763,87 per dmt
- Emas (mineral ikutan): US$ 2.973,68 per troy ounce
- Perak (mineral ikutan): US$ 33,14 per troy ounce
- Mangan: US$ 3,04 per dmt
- Bijih Besi Laterit/Hematit/Magnetit: US$ 1,48 per dmt
- Bijih Krom: US$ 6,37 per dmt
- Konsentrat Titanium: US$ 10,77 per dmt
Sementara harga untuk ingot timah serta logam emas dan perak mengikuti harga pasar harian di bursa ICDX, JFX, dan LBMA.
Ketua Indonesia Mining & Energy Forum (IMEF), Singgih Widagdo, mengomentari perkembangan ini dengan nada hati-hati. Menurutnya, pasar masih wait and see terhadap dampak kebijakan tarif impor yang diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
“Saya yakin pasar masih akan menunggu bagaimana dampak kenaikan tarif yang diberlakukan Trump. Juga apakah dampak tersebut akan mempengaruhi biaya pelabuhan di wilayah impor mereka,” ujar Singgih kepada CNBC Indonesia, Rabu (9/4/2025).
Ia memprediksi, kebijakan ini akan mendorong industri melakukan efisiensi, termasuk potensi pengurangan volume produksi secara sementara. Hal ini juga diyakini akan menjadi perhatian bagi negara-negara besar seperti China dan India dalam menyesuaikan biaya manufaktur mereka agar tetap kompetitif.
“Dengan kondisi ini, saya yakin harga batu bara di pasar global akan mengalami tekanan dan harga diproyeksikan akan turun. Demikian juga produk mineral lain seperti nikel dan lainnya,” pungkas Singgih.