
Harga batu bara global kembali menunjukkan tren penguatan setelah mencatat kenaikan pada perdagangan Kamis (24/7/2025). Kenaikan ini terutama dipicu oleh kebijakan pemerintah China yang mendorong pembelian dalam jumlah besar di tengah kelebihan pasokan domestik.
Mengutip data Refinitiv, harga batu bara ditutup di level US$113,1 per ton, menguat 0,71% dibandingkan hari sebelumnya. Kenaikan ini membalikkan pelemahan tipis sebesar 0,18% yang terjadi pada Rabu (23/7/2025).
Fluktuasi harga ini mencerminkan tingginya volatilitas pasar batu bara dalam sepekan terakhir. Dalam enam hari perdagangan terakhir, harga tercatat naik dan turun secara bergantian, masing-masing sebanyak tiga kali.
Sumber utama penguatan harga kali ini berasal dari China. Pemerintah Negeri Tirai Bambu diketahui memerintahkan pembangkit listriknya untuk menambah stok batu bara hingga 10%. Langkah ini diambil sebagai antisipasi terhadap tekanan deflasi dan sebagai strategi memanfaatkan harga batu bara yang masih relatif rendah.
“Permintaan yang kuat dari China terus menjadi katalis utama, meskipun pasar mereka sedang kelebihan pasokan,” ujar analis pasar energi Simon Wu dari Wood Mackenzie.
Tidak hanya batu bara termal, harga batu bara kokas jenis batu bara yang digunakan dalam industri baja juga melonjak tajam. Harga kontrak berjangka coking coal di China bahkan menyentuh batas atas harian selama dua hari berturut-turut awal pekan ini. Lonjakan dipicu oleh rumor inspeksi pemerintah terhadap tambang-tambang batu bara utama di delapan provinsi, yang berpotensi menimbulkan gangguan pasokan.
Sebuah dokumen internal yang disebut berasal dari Administrasi Energi Nasional China (NEA) menyebutkan adanya rencana inspeksi kapasitas produksi. Langkah ini dinilai bisa memperketat pasokan dan menambah tekanan ke pasar.
Sentimen positif juga datang dari sektor konstruksi dan energi. Pemerintah China baru-baru ini mengumumkan dimulainya pembangunan bendungan pembangkit listrik tenaga air terbesar di dunia di wilayah Tibet. Proyek masif ini diperkirakan akan menyerap 3,5 hingga 6 juta ton baja, yang pada akhirnya meningkatkan permintaan terhadap batu bara kokas sebagai bahan baku pembuatan baja.
Meski tren harga sedang naik, para analis mengingatkan bahwa lonjakan ini bisa bersifat sementara. Pasokan batu bara global saat ini masih tergolong berlimpah, yang berpotensi menekan harga dalam jangka pendek.
“Fundamental pasarnya belum berubah. Selama pasokan masih melimpah, harga batu bara bisa kembali terkoreksi sewaktu-waktu,” jelas Wu.
Dengan latar belakang geopolitik, permintaan industri baja, dan ketatnya regulasi produksi di China, pasar batu bara diperkirakan akan tetap berfluktuasi tinggi dalam waktu dekat.