Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akhirnya buka suara soal anjloknya ekspor batu bara Indonesia ke dua pasar utama: China dan India.
Namun ternyata, bukan karena batu bara Indonesia kehilangan peminat.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Ditjen Minerba ESDM, Surya Herjuna, menegaskan, penurunan ekspor lebih disebabkan oleh melambatnya ekonomi global, terutama di negara tujuan utama.
“Turunnya itu bukan karena batu bara kita gak laku. Memang karena ekonomi di China dan India lagi turun. Jadi DMO mereka juga turun. Jadi bukan karena ekspor kita gak diminati, memang lagi tren turun aja,” ujar Surya usai Coalindo Coal Conference, Rabu (5/11/2025).
📉 Ekspor Turun, tapi Harga Malah Naik
Data Minerba One Data Indonesia (MODI) per 4 September 2025 mencatat, realisasi ekspor batu bara Indonesia baru mencapai 253,2 juta ton, lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu.
Meski begitu, kabar baik datang dari sisi harga. Berdasarkan data Refinitiv, harga batu bara di perdagangan Senin (3/11/2025) naik tajam ke US$ 112 per ton, atau melonjak 2,5%.
Harga itu bahkan jadi yang tertinggi sejak Agustus, didorong oleh meningkatnya permintaan di China dan Jerman menjelang musim dingin.
“Harga naik karena pasokan di China mulai ketat dan permintaan musim dingin meningkat,” ungkap Surya.
🏭 Produksi Naik, Pasar Melambat
Penurunan ekspor ini sebenarnya sudah diprediksi oleh Indonesia Mining Association (IMA).
Menurut Direktur Eksekutif IMA, Hendra Sinadia, tren ini terjadi karena China dan India kini lebih fokus pada produksi batu bara dalam negeri.
“Mereka punya kepentingan untuk kembangkan industrinya sendiri. Di China, produksi batu bara dalam negerinya tahun lalu hampir 5 miliar ton,” jelas Hendra.
Sementara di sisi lain, produksi batu bara Indonesia juga naik signifikan. Tapi peningkatan ini tidak diimbangi dengan permintaan ekspor yang cukup membuat pasar mengalami oversupply.
“Sejak 2023 setelah COVID-19 mereda, sudah diprediksi bakal oversupply. Dan itu masih berlanjut sampai tahun depan. Jadi ekspor pasti turun dibanding tahun lalu,” tambahnya.
⚙️ Masih Jadi Andalan, tapi Butuh Diversifikasi
Meski ekspor melambat, sektor batu bara masih menjadi salah satu penopang utama energi dan devisa Indonesia. Namun kondisi global yang tidak stabil membuat pemerintah perlu menjajaki pasar baru dan mempercepat hilirisasi batu bara, agar nilai tambahnya lebih tinggi di dalam negeri.
Karena pada akhirnya, tantangan industri bukan lagi sekadar laku atau tidak laku tapi bagaimana tetap relevan di tengah perubahan arah ekonomi dunia.

