Kinerja ekspor batu bara Indonesia sedang melambat tajam. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor batu bara sepanjang Januari–Oktober 2025 turun 20,25% menjadi US$20,09 miliar atau sekitar Rp348 triliun, jauh merosot dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$25,19 miliar.
Tidak hanya dari sisi nilai, volume ekspor juga ikut susut 4,10% dari 334,19 juta ton menjadi 320,47 juta ton pada periode yang sama. Tren pelemahan ini terutama dipicu oleh anjloknya permintaan China dan India, dua importir batu bara terbesar Indonesia.
“Secara kumulatif ekspor batu bara turun 20,25%,” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam konferensi pers daring.
Ekspor bahan bakar mineral ke China longsor 29,34% ke US$7,90 miliar, sementara ekspor ke India ikut terkoreksi 25,11% ke US$4,51 miliar. China kini lebih banyak menyerap komoditas besi dan baja, dengan nilai ekspor nonmigas mencapai US$52,45 miliar.
📈 Ekspor Batu Bara Lesu, Komoditas Lain Justru Ngebut Naik
Di balik penurunan batu bara, komoditas unggulan lainnya justru tampil moncer.
Ekspor besi dan baja melonjak 12,12% ke US$23,58 miliar,
sementara CPO dan turunannya melejit 25,73% ke US$20,20 miliar.
“Nilai ekspor CPO dan turunannya naik 25,73% secara kumulatif,” lanjut Pudji.
Secara total, neraca perdagangan Indonesia tetap surplus US$2,39 miliar pada Oktober 2025, memperpanjang tren surplus selama 66 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Surplus terutama ditopang komoditas nonmigas sebesar US$4,32 miliar, meski neraca migas masih defisit US$1,92 miliar.
Surplus perdagangan terbesar Indonesia disumbang oleh Amerika Serikat (US$14,93 miliar), India (US$11,29 miliar), dan Filipina (US$7,18 miliar).
Sementara defisit terdalam berasal dari China (US$16,32 miliar), Australia (US$4,58 miliar), dan Singapura (US$4,17 miliar).
🛫 Pemerintah Dorong Penetrasi Pasar Baru di ASEAN
Seiring melemahnya permintaan batu bara dari China dan India, pemerintah meminta pelaku usaha untuk agresif membidik pasar alternatif di ASEAN.
“Asean coba dijajakin Vietnam, Malaysia, Thailand, Filipina,” ujar Dirjen Minerba Kementerian ESDM, Tri Winarno.
Tri menjelaskan bahwa negara-negara ASEAN sebenarnya masih mengimpor batu bara dari Rusia, sehingga peluang bagi produsen batu bara Indonesia cukup besar jika bisa masuk lebih dalam ke pasar regional.
“Kalau misalnya diambil dari Rusia kan dia kejauhan juga transportasi,” kata Tri.
Pemerintah berharap produsen batu bara domestik bisa bergerak cepat melakukan penetrasi pasar baru agar tidak terlalu bergantung pada China dan India yang selama ini menjadi tulang punggung ekspor.
Dengan performa ekspor batu bara yang masih melemah, langkah diversifikasi pasar diyakini menjadi kunci penyelamat industri batu bara Indonesia di sisa 2025.



