
Kalimantan Selatan menghadapi tantangan besar terkait keberlanjutan sektor energi, seiring dengan proyeksi habisnya cadangan batubara terverifikasi di wilayah tersebut dalam kurun waktu sekitar 24 tahun ke depan. Kondisi ini menuntut langkah strategis dari pemerintah, pelaku industri, hingga komunitas lokal untuk menyiapkan transisi menuju ekonomi yang lebih berkelanjutan.
Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Provinsi Kalimantan Selatan, Syafriadi, menyampaikan bahwa menurunnya aktivitas pertambangan batubara akan menimbulkan berbagai dampak fiskal dan sosial yang signifikan.
“Pertama, penurunan aktivitas tambang batubara berpotensi menyebabkan peningkatan pengangguran serta beban fiskal akibat naiknya kebutuhan bantuan sosial. Kedua, berkurangnya pendapatan dari ekspor batubara dapat memengaruhi kemampuan daerah dalam membiayai infrastruktur dan layanan publik. Ketiga, secara keseluruhan, ini bisa berdampak pada inflasi, neraca perdagangan, dan pertumbuhan ekonomi daerah,” ujar Syafriadi.
Mengantisipasi hal tersebut, strategi diversifikasi ekonomi menjadi hal yang mutlak dilakukan. Syafriadi menyebutkan bahwa fokus utama perlu diarahkan pada tiga sektor potensial di Kalimantan Selatan, yakni sektor industri, jasa, dan pertanian.
Di sektor industri, Kalimantan Selatan memiliki peluang besar dalam pengembangan komoditas bernilai tinggi seperti albumin, yang bisa diolah dari ikan gabus dan telur itik Alabio dua komoditas lokal yang memiliki nilai tambah tinggi jika diolah secara optimal.
Sementara itu, di sektor jasa, pengembangan berbagai layanan seperti jasa keuangan, permodalan, pergudangan, logistik, hingga jasa kuliner diyakini mampu membuka lapangan kerja baru dan mendukung pertumbuhan ekonomi lokal yang inklusif.
Untuk sektor pertanian, pemerintah mendorong pengembangan komoditas unggulan seperti ikan haruan, itik Alabio, dan unggas lainnya. Potensi ini dinilai strategis dalam menjaga ketahanan pangan sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis sumber daya lokal.
Upaya kolektif lintas sektor ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan ekonomi Kalimantan Selatan dalam menghadapi dinamika global dan menurunnya dominasi sektor batubara di masa depan.
“Dengan kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat, Kalimantan Selatan diharapkan mampu menjalani transisi dari ketergantungan batubara menuju ekonomi yang lebih beragam dan berkelanjutan,” pungkas Syafriadi.