Indonesia dan Bangladesh berkomitmen melanjutkan kerja sama di bidang energi. Salah satu fokus utamanya adalah memastikan pasokan batu bara dengan harga stabil dan terjangkau demi menjaga ketahanan energi di kedua negara.
Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana, mengatakan tantangan yang dihadapi saat ini bukan hanya soal menjaga ketahanan energi, tapi juga bagaimana tetap mendorong pertumbuhan ekonomi sambil bertransisi menuju energi yang lebih ramah lingkungan.
“Indonesia siap mendukung kebutuhan energi Bangladesh dengan pasokan batu bara yang stabil dan terjangkau, sekaligus mengembangkan teknologi batu bara bersih dan energi berkelanjutan,” ujarnya dalam keterangan resmi.
Hubungan ekonomi kedua negara selama ini cukup erat. Pada 2024, nilai perdagangan Indonesia-Bangladesh tercatat sebesar USD 2,94 miliar. Dari angka itu, ekspor batu bara Indonesia menjadi yang terbesar, mencapai USD 1,05 miliar atau sekitar 13,2 juta ton.
Dengan kapasitas pembangkit listrik nasional yang kini mencapai 105 gigawatt hingga pertengahan 2025—di mana 15 persen di antaranya berasal dari energi terbarukan Indonesia optimistis bisa menjadi mitra strategis bagi Bangladesh.
Selain pasokan energi, Indonesia juga membuka peluang kerja sama dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) di sektor energi. Dua politeknik di bawah Kementerian ESDM, yaitu Politeknik Energi dan Mineral Akamigas Cepu serta Politeknik Energi dan Pertambangan Bandung, siap mendukung peningkatan kapasitas tenaga kerja di kedua negara.
Tak hanya itu, kerja sama juga mencakup pembangunan infrastruktur energi, pembangkit listrik baru, proyek minyak dan gas bumi, serta pengembangan energi terbarukan.
“Kami percaya, sinergi ini bisa membawa manfaat besar, baik untuk masyarakat Indonesia maupun Bangladesh,” kata Dadan.
Menurutnya, peningkatan permintaan energi di Bangladesh juga membuka peluang besar bagi perusahaan Indonesia untuk berinvestasi dan ikut mendorong pembangunan di sana.

