
Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto terus mempercepat hilirisasi energi guna memperkuat ketahanan energi nasional. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan komitmennya dalam mengembangkan industri kilang minyak dan Dimethyl Ether (DME) sebagai substitusi Liquefied Petroleum Gas (LPG).
Sebagai langkah konkret, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengungkapkan rencana pembangunan kilang minyak berkapasitas 500 ribu barel per hari. “Ini salah satu yang terbesar nantinya, dalam rangka mendorong agar ketahanan energi kita betul-betul lebih baik,” ujar Bahlil dalam konferensi pers di Istana Kepresidenan, Senin (3/3).
Kilang minyak ini akan mampu mengolah minyak mentah dari dalam negeri maupun impor, menghasilkan berbagai produk minyak bumi, termasuk BBM hingga 531.500 barel per hari. Proyek ini diperkirakan menelan investasi sebesar USD 12,5 miliar dan berpotensi menghemat impor minyak hingga 182,5 juta barel per tahun atau setara USD 16,7 miliar. Selain itu, proyek ini juga membuka peluang kerja bagi 63.000 tenaga kerja langsung dan 315.000 tenaga kerja tidak langsung.
Dorong Hilirisasi Batubara untuk Substitusi LPG
Selain kilang minyak, pemerintah juga mempercepat pengembangan industri DME berbahan baku batubara kalori rendah sebagai substitusi LPG. Proyek ini akan dibangun di beberapa daerah, termasuk Muara Enim dan Ogan Komering Ilir (Sumatera Selatan), Tanah Bumbu (Kalimantan Selatan), serta Kutai Timur (Kalimantan Timur).
“Kita akan membangun DME berbahan baku batubara kalori rendah agar dapat menjadi substitusi impor LPG,” tegas Bahlil.
Menariknya, proyek ini tidak lagi bergantung pada investasi asing. Pemerintah memastikan seluruh pendanaan berasal dari sumber dalam negeri, baik dari pemerintah maupun swasta nasional, sementara teknologi diadopsi dari pihak luar. “Kali ini kita tidak tergantung kepada pihak lain,” tambahnya.
21 Proyek Hilirisasi Senilai USD 40 Miliar
Pemerintah juga telah menetapkan 21 proyek hilirisasi tahap pertama dengan total investasi mencapai USD 40 miliar. Presiden Prabowo bahkan telah mengidentifikasi 26 sektor komoditas sebagai prioritas hilirisasi, mencakup sektor mineral, minyak dan gas, perikanan, pertanian, perkebunan, dan kehutanan.
Hilirisasi ini tidak hanya bertujuan memperkuat ketahanan energi dan industri nasional, tetapi juga diharapkan mampu menciptakan jutaan lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia.