
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan akan memberikan fasilitas Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) untuk proyek pengembangan batubara menjadi Dimethyl Ether (DME), sebagai pengganti Liquefied Petroleum Gas (LPG).
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Tri Winarno, menjelaskan bahwa pemberian status KEK akan dilakukan setelah perusahaan batubara menunjukkan komitmen untuk mengolah sendiri produknya menjadi DME.
“Itu (KEK) kan setelahnya ya, setelah jadi DME. Jadi Kawasan Ekonomi Khusus. Artinya, yang kita finalkan ini dulu (proyek DME), step by step dulu lah,” ujar Tri saat ditemui di Jakarta.
Menurut Tri, Kalimantan menjadi wilayah yang paling berpotensi untuk dijadikan lokasi KEK DME, terutama Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.
“Kemungkinannya bisa jadi Kalimantan Timur, Kalimantan Utara,” tambahnya.
Tak hanya KEK, pemerintah juga berencana menyiapkan berbagai insentif tambahan untuk mendorong percepatan proyek DME. Meski begitu, detail insentif yang dimaksud masih belum diungkap secara lengkap.
“Iya, insentif ada, tapi saya kurang tahu detailnya apa saja,” kata Tri.
Target pelaksanaan proyek DME ini diperkirakan bisa berjalan dalam dua hingga tiga tahun ke depan, sejalan dengan pernyataan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
“Insya Allah dua sampai tiga tahun lagi, kurang lebih,” imbuh Tri.
Sebelumnya, Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa pemberian status KEK akan membuka banyak kemudahan bagi investor, baik dari sisi fiskal maupun nonfiskal. Ia juga menegaskan bahwa fasilitas pendanaan seperti capital expenditure (capex) untuk pengadaan mesin akan turut disiapkan.
“Undang-undangnya sudah siap. Pemerintah berikan kemudahan KEK. Artinya, fasilitas perpajakan diberikan, fasilitas capex, offtaker harusnya bisa diberikan pemerintah, dalam hal ini Pertamina,” ujar Airlangga dalam Indonesia Mining Forum 2025.
Sebagai informasi, DME digadang-gadang menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan impor LPG. Dengan potensi batubara yang besar, Indonesia ingin memanfaatkannya untuk menghasilkan energi yang lebih mandiri dan terjangkau.