
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menegaskan bahwa hilirisasi dan kemandirian energi menjadi dua pilar utama dalam mewujudkan Asta Cita, delapan agenda prioritas nasional yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto. Hal ini disampaikan Bahlil dalam Forum Energi Mineral yang digelar di Jakarta.
Dalam paparannya, Bahlil menyebut bahwa dari empat prioritas awal Asta Cita—yakni kemandirian pangan, kemandirian energi, makanan bergizi, dan hilirisasi—dua di antaranya menjadi tanggung jawab utama Kementerian ESDM.
“Hilirisasi adalah instrumen fundamental untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi inklusif, menciptakan lapangan kerja berkualitas, dan mendorong keadilan sosial,” ujar Bahlil.
Ia mencontohkan keberhasilan hilirisasi nikel sebagai salah satu capaian konkret. Jika pada tahun 2017-2018 ekspor nikel hanya menyumbang sekitar USD 3,3 miliar, maka pada tahun 2024 nilainya melonjak hampir USD 40 miliar. Peningkatan drastis ini tidak hanya memperkuat pendapatan negara, tetapi juga berkontribusi signifikan terhadap penurunan defisit perdagangan.
Di sisi lain, Bahlil menyoroti kondisi kemandirian energi Indonesia, khususnya di sektor minyak. Ia menyatakan keprihatinannya terhadap penurunan lifting minyak nasional yang drastis dalam dua dekade terakhir. Dari angka 1,5-1,6 juta barel per hari pada 1996-1997, saat ini Indonesia hanya mampu memproduksi sekitar 580 ribu barel per hari.
“Apa dengan penurunan lifting itu kita memang tidak punya sumber daya alam lagi, atau ini sengaja diturunkan agar impor terus? Menurut saya ini ada unsur kesengajaan by design,” tegasnya.
Sebagai respons, Kementerian ESDM akan mengambil langkah tegas, termasuk mengevaluasi dan mencabut izin Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang dinilai tidak produktif. Bahlil menegaskan hal ini berlaku untuk semua, termasuk perusahaan besar yang telah lama memegang konsesi tanpa ada kemajuan signifikan.
Selain itu, pemerintah akan mengoptimalkan pemanfaatan gas alam dalam negeri, mendorong konversi LPG ke DME berbasis batubara, serta memperluas pembangunan jaringan gas (jargas) untuk mengurangi ketergantungan impor.
Menutup sambutannya, Bahlil mengajak seluruh elemen bangsa untuk bersatu dalam semangat kebangsaan demi mewujudkan masa depan energi Indonesia yang berdaulat.
“Energi adalah semangat, energi adalah kesediaan untuk bersama, energi adalah kepercayaan, energi adalah api dalam dada yang tidak boleh padam,” pungkasnya.