
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, melakukan pertemuan penting dengan perusahaan solar panel asal Tiongkok, Trina Solar, dalam rangka memperkuat kerja sama pengembangan energi surya di Indonesia.
Pertemuan ini menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk mempercepat transisi energi bersih dan mewujudkan ketahanan energi nasional. Menteri Bahlil menekankan pentingnya kerja sama internasional dalam mendukung target ambisius Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, yakni membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) hingga 100 gigawatt (GW).
“Kita tahu potensi energi surya Indonesia mencapai ribuan gigawatt. Maka perlu dijajaki kerja sama dengan produsen Solar PV agar potensi besar ini bisa dioptimalkan untuk ketahanan dan swasembada energi,” ujar Bahlil.
Indonesia Punya Potensi Besar, Tapi Baru Sedikit Dimanfaatkan
Saat ini, potensi energi surya di Indonesia diperkirakan mencapai 3.294 GWp. Namun, hingga akhir 2024, pemanfaatannya baru sekitar 912 megawatt (MW). Melihat angka ini, pemerintah ingin memacu pertumbuhan industri surya dari hulu ke hilir agar tak lagi tergantung pada impor teknologi dan komponen.
Perkuat Produksi Lokal Lewat TMAI
Salah satu fokus utama dalam pertemuan dengan Trina Solar adalah penguatan kerja sama dengan PT Trina Mas Agra Indonesia (TMAI) perusahaan patungan Trina Solar dan mitra lokal Indonesia yang berdiri di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal, Jawa Tengah.
TMAI sudah mulai beroperasi sejak 2023 dan menjadi pabrik tier-1 pertama di Indonesia yang memproduksi sel dan modul surya secara terintegrasi, dengan kapasitas awal 1 GWp per tahun. Perusahaan ini menargetkan ekspansi hingga 3 GW dalam 2–3 tahun ke depan, menggunakan teknologi canggih i-TOPCon N-type yang terkenal dengan efisiensi tinggi.
Dengan kehadiran TMAI, Indonesia berharap bisa mengurangi impor komponen energi, menciptakan lapangan kerja, dan mempercepat hilirisasi industri energi terbarukan di dalam negeri.
Dorong Transfer Teknologi dan Ekosistem Energi Surya
Kerja sama ini tidak hanya soal investasi, tapi juga peluang transfer teknologi terbaru dari Trina Solar. Rencana pengembangannya mencakup riset dan pengembangan (R&D), manufaktur, pembangunan proyek, hingga sistem berbasis Internet of Things (IoT) dan penyimpanan energi seperti Battery Energy Storage System (BESS).
Semua ini dianggap penting dalam membangun ekosistem energi surya nasional secara menyeluruh mulai dari bahan baku seperti wafer dan ingot, hingga teknologi pengolahan silikon dan pembangunan smelter polisilikon di dalam negeri.
Mendukung PLTS Skala Besar dan PLTS Desa
Langkah ini sejalan dengan program prioritas Presiden Prabowo, termasuk pembangunan PLTS skala besar dan program PLTS desa berbasis koperasi. Pemerintah optimistis bahwa dukungan dari mitra global seperti Trina Solar akan mempercepat tercapainya target energi bersih nasional.
“Dengan kerja sama yang tepat, Indonesia punya peluang besar jadi pemimpin transisi energi di kawasan, bahkan dunia,” pungkas Bahlil.