
Setelah sempat tertekan, harga batubara mulai menunjukkan tren pemulihan. Pada perdagangan Kamis (31/7/2025), harga batubara global ditutup naik tipis sebesar 0,27% ke level US$ 117,4 per ton, menurut data dari Refinitiv. Kenaikan ini memperpanjang tren positif harga batubara yang telah berlangsung selama tiga bulan berturut-turut, dengan penguatan sebesar 5,62% sepanjang Juli 2025.
Kabar baik datang dari Amerika Serikat. Badan Informasi Energi Amerika Serikat (EIA) dalam laporan Short-Term Energy Outlook memperkirakan bahwa permintaan batubara AS akan tumbuh sebesar 6% pada 2025, sebelum akhirnya turun kembali 6% pada 2026 karena peningkatan kapasitas energi terbarukan dan rencana penutupan pembangkit batubara.
Namun dalam jangka pendek, EIA menilai pembangkit listrik tenaga batubara di AS masih akan memiliki persediaan yang aman hingga akhir 2026, memberikan dorongan bagi ekspektasi stabilitas permintaan batubara di pasar global.
“Stabilnya permintaan batubara di pasar AS menjadi bantalan bagi pasar yang sebelumnya dibayangi kekhawatiran melambatnya konsumsi dari Asia,” ujar analis energi dari Jakarta Commodity Watch.
Sentimen Kontras dari China: Permintaan Melemah, Harga Bijih Besi Turun
Berbeda dengan AS, sentimen negatif justru datang dari China, negara konsumen batubara dan bahan baku industri terbesar di dunia. Data PMI terbaru menunjukkan aktivitas manufaktur China menyusut untuk keempat kali berturut-turut pada Juli, menandakan lemahnya aktivitas industri domestik.
Hal ini berdampak langsung pada harga komoditas industri. Harga bijih besi kontrak September di Bursa Dalian tercatat turun 1,44% ke CNY 786,5 per ton, sementara kontrak patokan di Singapore Exchange melemah 0,75% ke US$ 100,95 per ton. Penurunan ini berlangsung selama dua hari berturut-turut.
Penurunan permintaan dalam negeri China, ditambah lambannya pemulihan ekspor akibat tekanan tarif dari Amerika Serikat, turut menekan prospek pasar bahan baku, termasuk batubara. Ketiadaan stimulus fiskal besar dari pemerintah China juga membuat harapan pemulihan permintaan industri dan konstruksi menjadi lemah.
Prospek: Harga Batubara Masih Bisa Melaju, Tapi Rentan Tekanan Asia
Meski data dari AS memberikan angin segar bagi pasar batubara, ketergantungan pada permintaan dari Asia terutama China dan India masih tinggi. Analis memperingatkan bahwa pemulihan harga batubara global belum sepenuhnya aman, karena bisa saja dibayangi oleh perlambatan ekonomi Tiongkok yang lebih dalam.
Namun, selama permintaan di AS dan India tetap stabil, serta pasokan global tidak mengalami gangguan besar, harga batubara diprediksi bisa bertahan di atas US$ 110 per ton hingga kuartal ketiga 2025.
“Perjalanan harga batubara masih fluktuatif, tetapi setidaknya pasar mendapat pijakan dari proyeksi konsumsi yang lebih baik di Amerika,” tutup analis energi dari SinarKomoditas Research.