Harga batu bara kembali unjuk taring menjelang penutupan perdagangan November. Komoditas berjuluk “si batu hitam” itu menutup bulan lalu di jalur hijau, dengan lonjakan 6,26% secara point-to-point, menegaskan rebound harga setelah sempat tertahan di awal kuartal IV.
Kenaikan ini bukan tanpa alasan. Selepas musim gugur, negara-negara di belahan bumi utara (northern hemisphere) memasuki musim dingin, periode yang selalu identik dengan lonjakan kebutuhan listrik untuk penghangat ruangan.
Masalahnya, saat musim dingin, pasokan sinar matahari dan angin menurun drastis, membuat pembangkit energi baru terbarukan (EBT) tak mampu memenuhi lonjakan permintaan listrik. Dampaknya: bahan bakar fosil kembali jadi andalan.
Di Jerman, misalnya, batu bara lagi-lagi menjadi penyelamat sistem tenaga listrik ketika performa pembangkit EBT turun. Situasi ini semakin ekstrem setelah negara tersebut menutup seluruh pembangkit listrik tenaga nuklir pada 2023, membuat pasokan energi bergantung pada gas dan batu bara saat kebutuhan melonjak.
Bagaimana Prediksi Harga untuk Desember?
Menyambut perdagangan Desember, analis teknikal memberi pandangan campuran bullish sesaat, tapi belum bebas dari potensi koreksi.
🔎 Fakta teknikal utama:
- RSI: 42 → masih menandakan harga batu bara berada di zona bearish
- Stochastic RSI: 71 → berada di area beli (long) yang kuat
Dengan indikator tersebut, harga berpeluang mengalami koreksi di awal Desember, namun analis memperkirakan penurunan tidak akan menjatuhkan harga hingga di bawah US$ 100 per ton.
🎯 Level yang perlu dipantau:
| Kategori | Perkiraan Rentang Harga |
| Support terdekat | US$ 109 – 106/ton |
| Pivot penentu | US$ 105/ton |
| Support lanjutan bila tembus | US$ 103 – 101/ton |
| Resisten bila reli | US$ 113/ton |
| Resisten lanjutan bila menembus US$ 113 | US$ 122 – 142/ton |
Artinya, Desember bisa jadi bulan volatil, di mana batu bara mungkin turun terlebih dahulu sebelum kembali menguji level psikologis di atas US$ 113/ton bahkan berpeluang terbang bila resisten ditembus.



