Awal Oktober 2025 membawa kabar menggembirakan bagi pelaku usaha tambang. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan kenaikan harga batu bara acuan (HBA) dan harga mineral acuan (HMA) untuk periode 1–14 Oktober 2025. Tren ini menunjukkan pasar tambang global masih “menyala”, meski dunia tengah beralih menuju energi hijau.
Dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 326.K/MB.01/MEM.B/2025 yang dirilis pada 30 September 2025, harga HBA tertinggi kini dipatok 106,94 dolar AS per ton (setara sekitar Rp1,77 juta per ton dengan kurs Rp16.584). Angka ini naik dari periode sebelumnya yang sebesar 103,49 dolar AS.
“Awal Oktober ini, tren harga tambang benar-benar ‘menyala’! Permintaan global terhadap mineral kritis dan batu bara masih solid,” tulis Ditjen Minerba melalui situs resminya, Minggu (5/10/2025).
🔥 Rincian Harga Batu Bara Acuan Oktober 2025:
| Jenis HBA | Kalori GAR | Harga (USD/ton) | Sebelumnya |
| HBA Utama | 6.322 kcal | 106,94 | 103,49 |
| HBA I | 5.300 kcal | 64,84 | 64,40 |
| HBA II | 4.100 kcal | 43,12 | 42,58 |
| HBA III | 3.400 kcal | 32,95 | 32,78 |
💰 Harga Mineral Juga Naik!
Tak hanya batu bara, sejumlah komoditas mineral strategis juga mengalami kenaikan. Berikut rincian HMA (Harga Mineral Acuan) periode 1–14 Oktober 2025:
- Nikel: 15.101 dolar AS/dmt (naik dari 15.000 dolar)
- Aluminium: 2.662,5 dolar AS/dmt (naik dari 2.604,3 dolar)
- Tembaga: 9.935,5 dolar AS/dmt (naik dari 9.741,8 dolar)
- Kobalt: 33.307 dolar AS/dmt (naik dari 32.897 dolar)
📌 Sistem Harga Baru: 2 Kali Sebulan
Sebagai informasi, melalui Kepmen ESDM Nomor 80.K/MB.01/MEM.B/2025, pemerintah menetapkan bahwa HBA dan HMA akan diumumkan dua kali dalam sebulan, yaitu setiap tanggal 1 dan 15. Langkah ini diambil agar harga bisa mencerminkan kondisi pasar yang dinamis dan cepat berubah.
📈 Apa Artinya?
Kenaikan harga ini mencerminkan masih kuatnya permintaan global terhadap energi berbasis batu bara dan mineral strategis, di tengah gencarnya kampanye transisi energi. Bagi pelaku usaha tambang, ini jadi momen untuk memaksimalkan produksi dan ekspor. Namun, tantangannya tetap sama: menjaga keberlanjutan dan patuh terhadap regulasi.

