Pemerintah memastikan proyek Dimethyl Ether (DME) produk batu bara yang digadang jadi pengganti LPG impor tetap berlanjut.
Meski sempat mandek di masa lalu, kini proyek strategis ini kembali digarap serius dan masuk dalam 18 proyek hilirisasi prioritas Presiden Prabowo Subianto yang ditargetkan rampung pada 2026.
Proyek ini saat ini sedang dalam tahap evaluasi intensif oleh Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara.
🔍 Evaluasi Ketat: “Gak Mau Gagal Kayak Dulu”
CEO Danantara, Rosan Roeslani, menegaskan pihaknya tidak ingin proyek DME mengulang kegagalan masa lalu. Sebelumnya, proyek serupa pernah di-groundbreaking oleh Presiden Joko Widodo pada Januari 2022 di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, namun mangkrak setelah mitra asing hengkang.
“Kita pastikan dulu teknologinya. Harus yang paling efisien dan up-to-date, karena DME ini dulu pernah dicoba jalan, malah sudah groundbreaking, tapi kemudian berhenti. Nah, hal itu gak boleh kejadian lagi,” tegas Rosan
Ia menambahkan, evaluasi menyeluruh perlu dilakukan agar proyek bisa dieksekusi dengan hasil nyata bukan sekadar peletakan batu pertama semata.
“Kami ingin pastikan proyek yang kita kerjakan benar-benar visible. Jangan sampai hanya wacana,” lanjutnya.
💰 Soal Pendanaan? Aman!
Rosan juga memastikan bahwa pembiayaan bukan masalah utama. Menurutnya, Danantara bisa melakukan investasi langsung untuk proyek-proyek strategis nasional.
Meski begitu, ia belum mau menyebutkan berapa nilai investasi yang disiapkan.
“Soal angka pastinya belum bisa saya sebutkan, karena masih dihitung semua,” ujarnya singkat.
⚙️ Flashback: Saat Investor Asing Angkat Kaki
Sebelumnya, proyek DME sempat dijalankan lewat kerja sama antara PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Pertamina (Persero), dan Air Products and Chemicals Inc. asal Amerika Serikat. Namun, pada 2023, Air Products memutuskan hengkang dari proyek DME dan proyek konversi batu bara ke metanol.
Pemerintah kemudian membuka peluang bagi investor baru, termasuk dari China, namun hingga kini belum ada kesepakatan final.
🌍 Langkah Hilirisasi yang Krusial
Proyek DME menjadi bagian penting dari agenda hilirisasi energi nasional, terutama untuk mengurangi ketergantungan impor LPG.
Dengan memanfaatkan cadangan batu bara dalam negeri, DME diharapkan bisa menjadi sumber energi alternatif yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan ekonomis.
Jika proyek ini berjalan sesuai rencana, Indonesia akan menghemat devisa triliunan rupiah per tahun dari pengurangan impor LPG sekaligus menciptakan nilai tambah baru dari batu bara nasional.

