
Harga batu bara dunia mencatat kenaikan tipis pada penutupan perdagangan Jumat pekan lalu (6/9), setelah sebelumnya melemah selama tiga hari berturut-turut. Namun secara keseluruhan, tren harga masih menunjukkan kecenderungan menurun.
Harga batu bara di pasar ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman bulan depan ditutup di level US$ 107,55 per ton, naik 0,51% dibandingkan hari sebelumnya. Meski begitu, sepanjang pekan lalu, harga batu bara tercatat turun hampir 2%.
Musim Panas Berakhir, Permintaan Listrik Menurun
Tekanan pada harga batu bara disebabkan oleh faktor musiman. Saat ini, musim panas di belahan bumi utara (northern hemisphere) hampir berakhir. Fenomena ekuinoks yang akan terjadi pada 22 September menandai awal musim gugur.
Dengan berakhirnya musim panas, penggunaan pendingin ruangan (AC) diperkirakan menurun drastis. Hal ini akan mengurangi konsumsi listrik di sejumlah negara, yang secara otomatis menekan permintaan batu bara sebagai sumber energi utama di beberapa kawasan.
Prediksi Harga Batu Bara Pekan Ini
Dari sisi teknikal, prospek harga batu bara dalam jangka pendek masih berada di zona bearish (tren turun). Indikator Relative Strength Index (RSI) mingguan berada di angka 45, di bawah level netral 50, yang mengindikasikan tekanan jual masih dominan.
Namun, ada sinyal potensi rebound. Stochastic RSI tercatat berada di level 1, jauh di bawah angka 20 yang menandakan kondisi oversold (jenuh jual). Dalam kondisi seperti ini, harga biasanya berpeluang untuk berbalik arah naik.
Jika terjadi penguatan, target harga terdekat adalah US$ 110 per ton, yang merupakan posisi rata-rata harga dalam lima hari terakhir (Moving Average/MA 5). Jika level ini berhasil ditembus, maka harga berpotensi naik ke kisaran US$ 111–115 per ton.
Untuk skenario paling optimistis, resisten tertinggi diperkirakan berada di sekitar US$ 125 per ton.
Sebaliknya, jika tekanan jual kembali mendominasi, maka support terdekat berada di level US$ 106 per ton. Jika level ini ditembus, harga bisa melanjutkan penurunan ke kisaran US$ 105–102 per ton. Dalam skenario terburuk, harga bisa jatuh hingga menyentuh US$ 93 per ton.
Harga batu bara pekan ini masih menghadapi ketidakpastian. Meski ada sinyal teknikal yang menunjukkan peluang rebound, faktor musiman dan tekanan permintaan tetap menjadi tantangan utama. Investor dan pelaku pasar diharapkan terus mencermati perkembangan cuaca serta data konsumsi listrik global sebagai indikator arah harga ke depan.